31 Maret 2022

Kado Bali United Untuk Masyarakat Bali


Bagi saya ini bukan soal juara berturut-turut alias Back2Back Champions. Ini soal hiburan luar biasa bagi masyarakat Bali yang jadi ‘korban’ utama pandemi Covid19 sejak dua tahun lalu. 

Karena itu jangan terlalu sensi dengan suara nyinyir di luar sana. Sudah menjadi hal yang lumrah bagi suporter saling ejek, saling cerca. Sudah bukan rahasia jika pendukung fanatik klub sepakbola ‘harus’ tidak terima atas kekalahan timnya. Termasuk kekalahan dalam perebutan gelar juara. Di Inggris pendukung MU mana terima dikalahkan City meski sama-sama dari Manchester. Apalagi di Spanyol rivalitas antara Barcelona dan Real Madrid bisa merembet ke saling serang soal uang sampai suku bangsa. Jadi anggap biasa saja suara sumbang di luar sana dan hargai keberhasilan klub favoritmu meraih prestasi.

Meski tidak semuanya, Saya cukup sering menonton pertandingan Bali United di salah satu aplikasi streaming video. Apalagi di dua seri terakhir yang diselenggarakan di Bali. Saya harus akui penampilan duo pemain asing Eber Bessa dan Privat Mbarga betul-betul mengerek performa Bali United. Dua pemain asing ini memang bukan kaleng-kaleng dan melengkapi skuad BU yang bisa dibilang sudah bertabur talenta. Tak heran kalau pemain seperti Irfan Jaya yang tampil gemilang di tim nasional saja harus berjuang untuk mendapatkan menit bermain sejak gabung dengan BU. Skuad yang mumpuni memang salah satu kunci keberhasilan BU, berbeda dengan Irfan, penjaga gawang timnas Nadeo Argawinata justru menggeser posisi Wawan ‘Spiderwan’ pasca tampil di turnamen AFF. Kehadiran Nadeo dan Irfan terbukti penting di fase krusial turnamen Liga 1 2021/2022.

Terpilihnya Bali sebagai ‘tuan rumah’ di seri-seri terakhir Liga adalah buah dari usaha masyarakat Bali. Bali adalah daerah dengan penanganan Covid paling baik dan siap. Dari segi vaksinasi ratenya tinggi, kasus juga terkendali, tersedia infrastruktur penunjang covid seperti alat tes, rumah sakit dan tempat karantina. Semua itu konsekuensinya masyarakat Bali harus hidup lebih tertib, taat prokes, mau datang ke tempat vaksin.

Di sisi lain pemerintah tau masyarakat Bali dan sekitarnya juga butuh booster ekonomi. Saya bilang sekitarnya karena memang kenyataannya Bali adalah sumber mata pencaharian bagi sebagian masyarakat yang berasal dari luar Bali. Dan semua mata pencaharian itu sudah terhantam pandemi Covid19. Digelarnya turnamen, meski tanpa penonton paling tidak bisa menambah perputaran ekonomi untuk menyambung hidup pekerja hotel, tempat makan dan yang lainnya.

Toh semua sudah diputuskan PSSI dengan restu pemerintah dan semua klub peserta. Memang namanya penyelenggaraan pasti tak sempurna. Apalagi semua orang sudah jenuh dengan Covid. Jadi wajar kalau turnamen yang saya bilang ekstraordinary ini menimbulkan opini kontroversi. Tapi coba kalau tidak digelar, mungkin Marselino Ferdinan tidak berkembang seperti sekarang. Yang baru selesai ikut turnamen langsung unjuk gigi bikin satu-satunya gol ke gawang Korea Selatan U19 di pertandingan persahabatan kemarin. Mainnya sama pemain muda BU Kadek Arel, yang mungkin saja musim depan ikut jejak Marsel promosi ke tim utama di klub.

Jadi, jangan terlalu terbawa arus, ‘lek ati’ (malu) karena dijuluki juara liga panitia, liga settingan, liga banteng, dsb. Tim kesayanganmu sudah berjuang dan memberi kado juara untuk menghiburmu yang baru terkena badai Covid19. Mudah-mudahan ini pertanda Bali akan terus bangkit kembali. Beri selamat dan rayakan kemenangan bersama tim lokal kebanggaanmu ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar