Fabregas dan Messi, sempat satu tim di La Masia |
Saya sedang browsing Ignasi Miquel – pemain yang baru saja memulai debutnya di tim senior Arsenal – ketika saya justru sampai pada sebuah situs berbahasa Jepang yang tampaknya didedikasikan untuk akademi sepakbola Barcelona La Masia. Tentu saja saya tertarik karena rupanya Miquel menjadi penerus Fabregas dan Merida sebagai jebolan La Masia yang berkembang di markas Arsenal sejak usia 15 tahun.
Mengapa saya kemudian tertarik? Karena ternyata di skuad berbagai umur Barcelona tahun 2002-2003 itu (tim Benjamin untuk umur 9-10 tahun dan seterusnya sampai Barcelona B) tidak terdapat nama Pedro Rodriguez dan Sergio Busquets, dua nama yang saat ini menjadi punggawa pasukan asuhan Guardiola yang dielu-elukan. Padahal dari segi umur kedua pemain ini seharusnya kira-kira seangkatan dengan kapten Arsenal Cesc Fabregas dan pemain terbaik dunia Lionel Messi.
Saya sendiri sempat terkecoh karena tidak menemukan nama Messi di daftar skuad sebelum kemudian mengidentifikasinya sebagai Lionel Andres pemain depan yang bermain di tim Cadete A 2002-2003 dimana Fabregas dan Pique terdaftar sebagai pemain belakangnya. Sementara di musim yang sama Iniesta telah berada di Barcelona B bersama dengan kiper Victor Valdes dan pemain belakang Oleguer.
Akhirnya saya baru mengetahui bahwa Pedro dan Busquets baru bergabung dengan Barcelona di usia 17 tahun dengan langsung menempati skuad Barcelona B. Ini sebenarnya sama dengan bek senior Carles Puyol yang juga kapten Barcelona ketika bergabung dengan Barcelona di usia 17 tahun dari tim Katalan Pobla de Segur. Pedro dan Busquets pun berasal dari tim lokal Katalan yang kurang terkenal. (Sekedar tambahan ketertarikan saya juga dilatarbelakangi scene menarik perdebatan antara Cesc dan Busquets pada pertandingan Liga Champion kemarin ketika Busquets berpura-pura kesakitan setelah dilanggar pemain Arsenal, ada kejadian dimana Busquets meletakkan jarinya di mulut sebagai tanda menyuruh diam Fabregas, agak berbeda dengan perlakuan Iniesta misalnya yang meski mendapatkan kartu kuning karena melanggar Fabregas tidak ada perdebatan berarti antara keduanya.)
Memang fakta ini tidak kemudian mengurangi kehebatan La Masia sebagai akademi sepakbola, karena nyatanya tetap saja hampir seluruh punggawa inti Barcelona saat ini pernah mengecap sistem dan fasilitas La Masia sebelum terjun di sepakbola kasta tinggi, kecuali pemain semacam David Villa, Daniel Alves dan Eric Abidal yang didatangkan dengan dana lumayan untuk memperkuat jebolan-jebolan La Masia ini.
Artinya hukum alam tetaplah berlaku, dari sekian banyak jebolan La Masia tidak mungkin semuanya memiliki kehebatan seperti Messi, Xavi, Iniesta, Valdes atau Bojan. Ada pula pemain semacam Fabregas dan Pique yang menjadi pemain hebat dengan meninggalkan La Masia di usia muda. Uniknya keduanya kembali diminati Barcelona, hanya saja Pique yang saat itu baru berkembang dan tidak mendapat posisi inti dengan mudah bisa didapat kembali dari Manchester United sementara Fabregas yang sudah menjadi roh permainan Arsenal gagal didapatkan. Pemain lain seperti Fran Merida kini merumput di Atletico Madrid setelah gagal mengikuti jejak Cesc di Arsenal karena tampaknya tidak kerasan diluar Spanyol, tinggal menunggu waktu apakah Miquel mampu mengikuti jejak Cesc. Ada pula Pepe Reina yang justru melambung namanya setelah meninggalkan Barcelona. Sementara beberapa pemain yang sempat digadang-gadang kehebatannya seperti Giovanni Dos Santos dan Marc Crosas sampai saat ini masih berjuang di klub-klub papan tengah.
Hukum alam pula yang membuat Barcelona tetap harus menambal sulam skuadnya (termasuk di Barcelona B) demi menjaga prestasi. Sebelum era David Villa beberapa pemain depan yang menjadi legenda Barcelona seperti Figo, RIvaldo dan Ronaldo tidak pernah mengenyam pendidikan La Masia.
Namun jika ada kesimpulan yang bisa saya ambil dari data-data ini adalah letak kekuatan Barcelona (dan Spanyol) bisa jadi terletak pada gairah sepakbola di bumi Katalunya (Catalonia). Johan Cruyff, legenda sepakbola asal Belanda dengan sistem total footballnya yang disebut-sebut sebagai orang yang paling berperan terhadap gaya permainan sepakbola Barcelona saat ini dan orang dibelakang La Masia bisa jadi memang tidak main-main ketika memutuskan untuk menghabiskan karirnya di Barcelona dan mengembangkan idenya disana, bukan di tanah kelahirannya Belanda. Talenta-talenta sepakbola Katalunya setidaknya pada era ini berhasil menunjukkan talentanya di kasta tertinggi sepakbola dengan puncaknya keberadaan pemain-pemain ini di daftar pemain terbaik FIFA. Hanya kebetulan saja ada yang membawa talenta luar biasa dari Argentina di usia muda sehingga mendapatkan potensi terbaiknya diatas pemuda asli Katalunya di rumah mereka meski tampaknya tak menjadi masalah bagi warga Katalunya karena anak ini sudah menjadi bagian dari Katalunya ketika berhasil menginjakkan kakinya dan menunjukkan talentanya di La Masia.
Pertanyaannya akankah muncul Johan Cruyff selanjutnya? Arsene Wenger misalnya? London mungkin berbeda dengan Katalunya namun sosok Jack Wilshere dan Kieran Gibbs bisa jadi pembuka jalan, apalagi bila Fabregas dan pemain non-Inggris lainnya sudah dianggap sebagai warga Ashburton Grove asli, maka bisa saja ia menjadi pabrik baru pemain bertalenta yang bukan saja mencari kemenangan namun meraihnya dengan gaya sepakbola yang menghibur. Apalagi talenta-talenta Arsenal tersebut terus diuji coba oleh sang empu Barcelona di Liga Champion (mungkin ini bukan bencana namun justru anugerah untuk menguji kematangan talenta Eropa versus talenta Katalunya), kapan pemuda-pemuda ini lulus uji bukan soal karena kedua tim pastinya akan terus menghibur bila tampil dengan kondisi terbaiknya.
ijin kutip blognya ya :D
BalasHapus